Cara Pengujian Beton – Beton adalah material konstruksi yang terbuat dari campuran antara agregat kasar dan halus yang diikat menggunakan bahan pengikat seperti semen. Agregat kasar seperti batu dan kerikil dengan agregat halus seperti pasir ini akan diikat menggunakan semen dengan bantuan air.
Beton sendiri banyak digunakan dalam berbagai proyek konstruksi seperti pembuatan jalan beton, gedung bertingkat, jembatan dan sebagainya. Setelah beton dicor dan mengeras akan dilakukan tahap perawatan atau curing untuk mencegah keretakan pada beton. Hal-hal yang dapat menyebabkan retak pada beton sendiri dapat Anda baca di “Faktor Penyebab Terjadinya Keretakan Beton Bertulang“.
Cara Pengujian Beton
Setelah beton mengeras, umumnya dalam proyek pembangunan berskala besar akan dilakukan pengujian pada beton menggunakan alat berikut ini.
Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah beton yang dihasilkan mempunyai mutu sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah beberapa cara pengujian beton yang umum dilakukan :
1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression test)
Uji Kuat Tekan beton adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat menahan sebuah tekanan. Pengujian ini dilakukan dengan memberikan tekanan pada beton hingga hancur, Uji kuat tekan beton dapat dilakukan dengan cara :
- Siapkan silinder diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm.
- Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi dengan pelumas seperlunya, tujuannya adalah untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya.
- Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam cetakan yang dibagi menjadi 3 lapisan yang sama.
- Lakukan penusukkan sebanyak 25 kali pada setiap lapisan.
- Ratakan bagian atas dan beri tulisan tanggal dan jam pembuatan pada bagian atas.
- Kemudian diamkan selama 24 jam dan direndam dalam air selama waktu tertentu barulah dibawa ke laboratorium untuk diuji.
- Pengujian tes beton menggunakan mesin compressor yang sudah dikalibrasi.
- Catat pengujian tiap beberapa hari yang sudah ditentukan.
2. Slump test
Slump test adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui mutu beton dengan menghitung kadar air yang ada dalam beton. Pengujian ini dapat dilakukan menggunakan kerucut abraham atau moisture meter (alat ukur kadar air) khusus untuk beton. Apabila pengukuran dilakukan menggunakan kerucut abraham berikut adalah caranya :
- Siapkan peralatan uji Slump yaitu yang mempunyai ukuran diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm dengan tinggi 30 cm.
- Kerucut abraham diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air.
- Pengadukan beton yang dicampur merata dimasukkan ke dalam kerucut sambil ditekan kebawah penyokong – penyokongnya.
- Adukkan beton dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya, dan setiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali. Tusuk menggunakan tongkat baja berdiameter 16 mm, panjang 600 mm dengan ujung yang bulat agar adukan yang masuk kedalam kerucut lebih padat.
- Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dengan kerucut ditarik vertikal dengan hati-hati.
- Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula.
- Hasil pengukuran ini disebut hasil uji Slump dan merupakan hasil kekentalan (kadar air) dari beton tersebut.
- Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh untuk digunakan.
3. Uji Core Drill
Uji core drill adalah pengujian yang dilakukan menggunakan alat core drill untuk mengambil sampel beton yang telah mengeras. Sampel yang diambil ini kemudian akan dilakukan pengujian crusing test di laboratorium beton. Namun patut diperhatikan bahwa sampel yang diambil jangan sampai merusak struktur beton itu sendiri.
Dari sisi resiko, pengujian ini cukup beresiko karena karena akan mengurangi struktur beton dan bisa saja mengenai tulangan beton. Hal ini tentu akan membahayakan struktur bangunan, karenanya uji core drill harus dilakukan dengan hati-hati. Akan tetapi pengujian ini mempunyai tingkat akurasi yang sangat baik karena memang mengambil bahan yang sudah jadi di lapangan.
4. Hammer test
Hammer test dilakukan pada elemen struktur bangunan seperti plat lantai, balok atau kolom menggunakan alat hammer test untuk menguji kekuatan atau tegangan karakteristiknya. Sebelum pengujian ini dilakukan seluruh permukaan elemen pengujian harus rata, apabila ada yang belum rata maka harus dihaluskan lebih dulu menggunakan gerinda.
Tujuannya adalah agar hasil pembacaannya lebih teliti dan tepat karena pengujian dapat dilakukan hingga 20 titik untuk lantai. Hasil pengujian di setiap titik ini kemudian akan dianalisa menggunakan standar deviasi agar diketahui mutu dari beton yang sudah dibuat.
5. Pengujian Ultrasonik atau Ultrasonic non Destructive
Pengujian ultrasonik telah digunakan oleh beberapa negara dan di indonesia digunakan sejak tahun 1980’an. Tujuan dari penelitian menggunakan pengujian ultrasonik yang dilakukan menggunakan berbagai jenis alat uji NDT.
Pengujian ini dapat dilakukan untuk mengetahui :
- Mendeteksi kedalaman dan keretakannya.
- Homoginitas pada beton.
- Kerusakan permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh kimiawi.
- Perubahan sifat dari masa ke masa.
- Kualitas / mutu beton.
- Kerusakan lain pada beton (Honeycombing / Void).
- Modulus Elastisitas beton.
Dari beberapa metode diatas pengujian non Destructive Test ( NDT ) ini merupakan pengujian yang paling aman digunakan hal ini terkait dengan prinsip kerja dari alat yang digunakan pada pengujian NDT ini. Supaya kita dapat lebih mengenal mengenai pengujian non Destructive Test ini mari kita baca artikel tentang “Memahami Non Destructive Test (NDT)“
Ingin tahu Alat yang dapat mempermudah pengujian beton pada setiap metode yang akan digunakan ? Silahkan hubungi kami melalui halaman kontak kami. Kami akan senantiasa menjawab pertanyaan Anda.