Jenis Detector di Pemadam Kebakaran – Detector pemadam kebakaran merupakan suatu alat yang berguna untuk mendeteksi secara dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya penyebab kebakaran, maka intervensi untuk mematikan api bisa segera dilakukan.
Sehingga bisa meminimalisasi kerugian sejak awal, bila dianalogikan detector pemadam kebakaran merupakan alat bantu seperti panca indera kita. Untuk merasakan bau kita memiliki hidung, jika untuk merasakan adanya kebakaran digunakanlah detector pemadam kebakaran.
Jenis Detector di Pemadam Kebakaran
Deteksi kebakaran dilakukan saat kemunculan asap, kemunculan panas, dan adanya kobaran api. Detector pemadam kebakaran dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR merupakan yang paling banyak dipakai saat ini, karena selain ekonomis jenis ROR juga memiliki aplikasi yang luas. Area deteksi sensor dapat sampai 50 meter persegi untuk ketinggian plafon 4m.
Sedangkan untuk plafon yang lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30 meter persegi. Maksimal ketinggian pemasangan hendaknya tidak lebih dari 8 meter. ROR banyak dipakai karena detector jenis ini bekerja berdasarkan peningkatan temperatur secara cepat di suatu ruangan kendati masih berupa hembusan panas.
2. Fixed Temperature Detector
Fixed Temperature detector juga termasuk dalam Heat Detector. Tidak sama dengan ROR, fixed temperature detector baru mendeteksi di derajat panas yang langsung tinggi. Oleh sebab itu cocok ditempatkan di daerah yang lingkungannya memang sudah agak panas seperti ruang genset, basement, dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan lain – lain.
Alasannya, apabila pada daerah tersebut dipasang ROR, maka akan menjadi rentan terhadap false alarm, karena hembusan panasnya sudah bisa mengakibatkan ROR mendeteksi. Daerah efektif detektor jenis ini yaitu 30 meter persegi atau 15 meter persegi. Seperti ROR, kabel yang dibutuhkan untuk detector ini hanya 2, yaitu L dan LC, bisa terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apapun. Sifat kontaknya yaitu NO (Normally Open).
3. Smoke Detector
Smoke detector merupakan alat yang berguna untuk mendeteksi asap. Saat detector mendeteksi asap maka detektor akan mengirimkan sinyal sehingga fire alarm akan berbunyi. Smoke detektor mempunyai beberapa type kerja yaitu :
- Photoelectric / optical adalah untuk mendeteksi asap memakai sensor cahaya. cahaya diarahkan ke sensor photoelectric, jika ada asap maka cahaya tidak semuanya diterima sensor photoelectric.
- Ionization adalah detektor model yang memakai metode ionization chamber. Kekurangan detektor ini yaitu setelah habis umur pemakaiannya, detektor dikelompokan limbah radioaktif, karena didalam detektor ini ada ameresium.
4. Flame Detector
Flame Detector merupakan alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang diakibatkankan oleh nyala api. Namun detector ini tidak bereaksi dengan lampu ruangan, infra merah ataupun sumber cahaya lain yang tidak ada kaitannya dengan nyala api. Flame detector mempunyai 3 jenis type yaitu sensor optik, ionisasi dan juga thermocouple.
5. Gas Detector
Seperti namanya detector ini digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas yang sering terjadi di rumah tinggal. Sebagai informasi apabila anda ingin menggunakan alat gas detektor anda bisa mencarinya di alat ukur Indonesia. Alat ini dapat mendeteksi dua jenis gas, yaitu LPG atau Liquefied Petroleum Gas dan LNG atau Liquefied Natural Gas.
Dari jenis gas itu, gas elpiji adalah yang paling banyak dipakai di rumah-rumah. Perbedaan LPG dengan LNG yaitu elpiji lebih berat daripada udara, sehingga jika bocor, gas akan turun mendekati lantai. Sedangkan LNG lebih ringan dari pada udara, sehingga apabila terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara.
Untuk LPG, letak detector yaitu di bawah, sekitar 30 cm dari lantai dengan arah detector menghadap ke atas. Hal ini dilakukankan agar ketika bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga bisa terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak lebih dari 4 m.
Untuk LNG, pemasangan detectornya tinggi di atas lantai, tepatnya 30 cm di bawah plafon dengan arah detector menghadap ke bawah. Seperti dengan sifatnya, maka ketika bocor gas ini akan naik ke udara sehingga dapat terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak lebih dari 8 meter.