Setelah mengenali tentang Jalan Beton dari pengertian, manfaat, kegunaan serta alasan penggunaan jalan beton pada artikel pembuka sebelumnya yaitu Mengenal Jalan Beton. Kini kita akan mengawali proses pembuatan Jalan beton dengan melakukan persiapan serta pengolahan lahan untuk jadikan pondasi jalan beton.
Pada awalnya, pembangunan jalan beton ini dilakukan tanpa mempertimbangkan jenis tanah serta drainase yang akan dibuat. Namun seiring perkembangan zaman khususnya teknologi pembangunan serta tuntutan zaman bahwa jalan harus bisa menahan beban dari kendaraan yang makin kesini makin berat.
“ Maka tanah dasar pun menjadi faktor paling penting yang harus diperhatikan.”
Karena…
Jika dilakukan pembangunan di atas tanah yang tidak sesuai maka akan muncul resiko terjadinya penurunan kualitas beton yang disebabkan banyak hal yang akan datang menyusul seperti pumping dll.
Untuk memahami dampak-dampak yang berpotensi muncul karena penurunan kualitas beton. Mari kita baca artikel ini.
Lalu bagaimana pemilihan tanah yang baik untuk pembangunan jalan beton ini ?
Untuk pemilihan tanah tentunya sudah ada standarisasi yang telah ditentukan yaitu dengan melakukan pengujian pada tanah dasar yang akan dijadikan pondasi dengan mengacu pada pengujian CBR insitu sesuai SNI 03-1731-1989 atau menggunakan pengujian CBR laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989. Masing-masing dari standar tersebut mengatur tentang perencanaan tebal beton, ketinggian, tingkat kekuatan, agregasi dan lainnya.
Dari hasil pengukuran tersebut jika tanah dasar mempunyai nilai CBR dibawah 2%, maka perlu digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton setebal 15 cm sehingga nilai CBR tanah tersebut dapat meningkat dan dianggap lebih dari 5%. Adapun campuran bahan-bahan yang dipakai untuk membuat pondasi bawah beton ini yaitu material berbutir, stabilisasi dengan beton giling padat serta campuran beton kurus.
Setelah pemilihan lahan atau tanah dasar sudah ditentukan maka kita sebaiknya menyiapkan persiapan untuk melaksanakan pembangunan jalan beton. Persiapan yang dibutuhkan meliputi :
- Umur Rencana Pembuatan Jalan Beton
- Perkiraan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
- Faktor Distribusi Jalur
- Pembuatan Kantor Kegiatan
- Menyiapkan Rambu Lalu lintas
- Mobilisasi peralatan yang dibutuhkan
- Laboratorium Lapangan
Dan lainnya.
Untuk artikel lengkap mengneai persiapan pembuatan tersebut bisa Anda baca pada artikel Macam-macam persiapan pembuatan jalan beton
Setelah persiapan sudah selesai maka dimulailah proses pembuatan pondasi Jalan Beton
1). Lapis Pondasi
Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K400.
Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton pratekan.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin.
Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah (sub base course).
2). Lapis Pondasi Bawah
Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :
– sebagai lantai kerja (working platform),
– mencegah pumping (pemompaan), dan
– menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural).
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar;
Akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen lentur.
Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.
Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah perkerasan (subdrain).
Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis pondasi bawah.
Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar).
Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
3). Bond Breaker
Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan (grooving atau (brushing).
Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya.
Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering” campuran beton.
Setelah Kita menyelesaikan proses pembuatan pondasi jalan beton maka selanjutnya kita akan melakukan proses persiapan Landasan dan Kerangka. Lalu Apa itu proses persiapan Landasan dan Kerangka ?
Mari kita lanjut ke bagian 2
“Persiapan Landasan dan kerangka”
Setelah memiliki pondasi yang kokoh maka persiapkan landasan untuk dituangkan beton atau di cor. Hal ini juga berkaitan dengan pemasangan kerangka atau tulang beton,