Anda melihatnya—retakan rambut kecil yang muncul di dinding. Atau mungkin sudut ruangan yang terasa sedikit lebih lembab dari biasanya. Bagi banyak pemilik rumah, ini adalah tanda-tanda awal kekhawatiran yang memicu pertanyaan besar: Apakah bangunan saya aman? Sering kali, bangunan mengalami kerusakan dini bukan karena kesalahan desain yang fatal, melainkan karena pengabaian detail krusial, salah satunya adalah ketebalan lapisan pelindung.
Artikel ini bukan sekadar daftar tips biasa. Ini adalah panduan definitif siklus hidup kesehatan bangunan di Indonesia, yang dirancang untuk memberdayakan Anda sebagai pemilik properti. Kami akan menerjemahkan standar teknis yang rumit seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi pengetahuan yang dapat Anda terapkan. Anda akan belajar memahami anatomi bangunan Anda, mendiagnosis masalah umum, dan menerapkan strategi yang didukung oleh para ahli untuk melindungi investasi terpenting Anda.
Kita akan membahas mulai dari konsep dasar umur bangunan, menyelami ilmu di balik setiap lapisan pelindung, belajar cara mendiagnosis masalah seperti dinding retak dan korosi tersembunyi, hingga menerapkan solusi dan perawatan proaktif untuk memastikan bangunan Anda berdiri kokoh untuk generasi mendatang.
- Memahami Konsep Umur Bangunan dan Faktor Penentunya
- Peran Krusial Ketebalan Lapisan sebagai Perisai Pelindung
- Mendiagnosis Masalah Umum: Panduan untuk Pemilik Bangunan
- Solusi Praktis: Meningkatkan Umur Bangunan Sesuai Standar
- Kesimpulan: Investasi pada Ketebalan adalah Investasi Jangka Panjang
- Referensi
Memahami Konsep Umur Bangunan dan Faktor Penentunya
Sebelum membahas solusi, kita perlu memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan ‘umur bangunan’. Konsep ini lebih dari sekadar hitungan tahun sejak konstruksi selesai. Dalam dunia konstruksi bangunan, umur pakai dilihat dari berbagai perspektif yang saling terkait, yang semuanya menentukan daya tahan dan nilai sebuah properti.
Menurut panduan yang dikeluarkan oleh lembaga seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), umur rencana sebuah bangunan adalah periode waktu di mana struktur diharapkan dapat berfungsi sesuai tujuannya dengan tingkat pemeliharaan yang wajar[1]. Para ahli dari Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) juga menekankan bahwa umur aktual sebuah bangunan sangat bergantung pada interaksi kompleks antara desain awal, kualitas pelaksanaan, dan perawatan jangka panjang[2].
Structural Engineer’s Corner: Tiga Perspektif Umur Bangunan
- Umur Teknis: Ini adalah umur fisik aktual dari struktur sebelum mengalami kegagalan atau membutuhkan perbaikan besar. Ini ditentukan oleh ketahanan material terhadap degradasi.
- Umur Ekonomis: Ini adalah periode di mana bangunan masih memberikan keuntungan atau nilai ekonomis. Sebuah bangunan bisa saja masih kokoh secara teknis, tetapi dianggap sudah habis umur ekonomisnya jika biaya perawatannya lebih tinggi dari pendapatannya.
- Umur Legal/Fungsional: Ini berkaitan dengan apakah bangunan masih memenuhi peraturan (misalnya, kode bangunan terbaru) dan fungsi yang relevan dengan kebutuhan saat ini.
Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Umur Bangunan?
Daya tahan struktur sebuah bangunan tidak ditentukan oleh satu faktor tunggal, melainkan oleh sinergi dari beberapa elemen krusial. Mengabaikan salah satunya dapat secara signifikan memperpendek umur pakai bangunan Anda.
Faktor-faktor utama tersebut meliputi:
- Kualitas Material: Penggunaan material konstruksi berkualitas rendah atau tidak sesuai standar adalah penyebab utama kerusakan dini.
- Desain Struktur: Perencanaan yang buruk, seperti perhitungan beban yang salah atau detail sambungan yang lemah, menciptakan titik rawan kegagalan.
- Metode Konstruksi: Pelaksanaan yang tidak cermat, misalnya proses pengadukan beton yang salah atau pemasangan tulangan yang tidak presisi, akan mengurangi kekuatan struktur secara keseluruhan.
- Beban Lingkungan: Iklim di Indonesia memberikan tantangan unik. Bangunan di daerah pesisir menghadapi risiko korosi yang lebih tinggi akibat paparan garam, sementara bangunan di pegunungan harus tahan terhadap kelembaban tinggi dan fluktuasi suhu ekstrem. Menurut para ahli teknik sipil, degradasi material seperti beton dapat dipercepat secara signifikan oleh kondisi lingkungan yang agresif.
- Tingkat Perawatan: Bangunan, sama seperti mesin, memerlukan perawatan rutin. Inspeksi berkala, pembersihan, dan perbaikan kecil dapat mencegah masalah sepele berkembang menjadi kerusakan struktural yang mahal.
Peran Krusial Ketebalan Lapisan sebagai Perisai Pelindung
Bayangkan sebuah bangunan sebagai seorang ksatria. Struktur utamanya—kolom, balok, dan pondasi—adalah kerangkanya. Namun, tanpa baju zirah yang kuat, kerangka itu akan rentan terhadap serangan. Dalam konstruksi bangunan, lapisan pelindung seperti plesteran, acian, dan cat adalah “baju zirah” tersebut. Ketebalan lapisan ini bukanlah sekadar urusan estetika; ia adalah garis pertahanan pertama dan terpenting untuk umur bangunan.
Lapisan ini berfungsi sebagai perisai yang melindungi inti struktur dari ancaman eksternal yang konstan: air hujan, kelembaban, polusi udara, sinar UV, dan zat kimia. Tanpa lapisan dengan ketebalan yang memadai, elemen-elemen perusak ini dapat merembes masuk, menyebabkan masalah serius seperti korosi pada tulangan beton, pelapukan material, dan pertumbuhan jamur. Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI) bahkan merekomendasikan ketebalan film cat kering tertentu untuk memastikan fungsi proteksi dan daya tahan warna yang optimal[3].
Fungsi Spesifik Berbagai Jenis Lapisan
Setiap lapisan pada dinding memiliki fungsi unik, dan ketebalannya dirancang untuk memaksimalkan fungsi tersebut. Mengabaikan standar ketebalan untuk satu lapisan saja dapat menciptakan titik lemah dalam sistem pertahanan bangunan secara keseluruhan. Data dari lembaga riset seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim) PUPR menunjukkan korelasi langsung antara spesifikasi material, termasuk ketebalannya, dengan performa jangka panjangnya[4].
Berikut adalah perbandingan fungsi, rekomendasi ketebalan, dan konsekuensi dari aplikasi yang tidak tepat:
Jenis Lapisan | Fungsi Utama | Rekomendasi Ketebalan (Praktik Umum/SNI) | Akibat Jika Terlalu Tipis | Akibat Jika Terlalu Tebal |
---|---|---|---|---|
Plesteran | Meratakan permukaan, menambah kekuatan tekan dinding, peredam suara & suhu. | 15 mm – 20 mm | Mudah retak, proteksi terhadap rembesan air rendah, tidak mampu meratakan permukaan dengan baik. | Boros material, menambah beban mati pada struktur, berisiko retak susut saat pengeringan. |
Acian | Menghaluskan permukaan plesteran, menutup pori-pori, menjadi dasar untuk cat. | 2 mm – 3 mm | Permukaan tidak halus sempurna, cat lebih boros karena meresap ke plesteran, mudah timbul retak rambut. | Mudah retak saat kering, pemborosan material tanpa menambah nilai proteksi yang signifikan. |
Waterproofing | Mencegah penetrasi air dan kelembaban ke dalam struktur beton. | 1 mm – 2 mm (tergantung jenis produk) | Gagal melindungi dari rembesan, menyebabkan dinding lembab, jamur, dan korosi tulangan. | Tidak efisien secara biaya, bisa mengganggu daya lekat lapisan berikutnya jika tidak diaplikasikan dengan benar. |
Cat Pelindung | Benteng akhir terhadap cuaca (UV, hujan), polusi, dan memberikan nilai estetika. | Sesuai spesifikasi produsen (DFT: Dry Film Thickness) | Cepat pudar, mengelupas, tidak mampu melindungi lapisan di bawahnya dari cuaca ekstrem. | Boros, berisiko menggelembung atau keriput saat kering, waktu pengeringan lebih lama. |
Akibat Fatal Jika Ketebalan Lapisan Diabaikan
Konsekuensi dari ketebalan lapisan yang tidak tepat bisa jauh lebih merugikan daripada sekadar tampilan yang kurang sempurna. Lapisan yang terlalu tipis secara langsung membuka jalan bagi musuh utama bangunan: air. Air yang merembes akan menyebabkan dinding retak dan lembab, cat mengelupas, dan yang terburuk, memicu korosi tulangan beton.
Sebaliknya, lapisan yang terlalu tebal juga bukan solusi. Plesteran yang berlebihan akan menambah beban mati yang tidak perlu pada struktur dan pondasi. Selain itu, lapisan tebal yang mengering tidak merata sangat rentan terhadap retak susut, yang ironisnya justru menciptakan celah baru bagi masuknya air.
Contractor’s Pro-Tip: Keseimbangan Antara Biaya, Bobot, dan Proteksi
“Banyak klien meminta plesteran ‘setebal mungkin’ dengan harapan lebih kuat. Padahal, yang terpenting adalah kepadatan dan kesesuaian dengan standar. Menambah ketebalan secara sembarangan hanya akan meningkatkan biaya material dan menambah bobot mati pada struktur. Kunci utamanya adalah aplikasi yang tepat pada ketebalan yang direkomendasikan untuk mendapatkan proteksi maksimal dengan efisiensi tertinggi.”
Mendiagnosis Masalah Umum: Panduan untuk Pemilik Bangunan
Memahami teori memang penting, tetapi mampu mengidentifikasi masalah secara dini di rumah Anda adalah kunci untuk mencegah kerusakan yang lebih parah. Bagian ini berfungsi sebagai alat diagnostik praktis untuk membantu Anda mengenali gejala, memahami penyebabnya, dan tahu kapan harus memanggil seorang profesional.
Mengapa Dinding Retak dan Lembab? Membedakan Bahaya vs. Kosmetik
Dinding retak adalah salah satu masalah yang paling sering menimbulkan kepanikan pada pemilik rumah. Namun, tidak semua retakan menandakan bahaya. Sangat penting untuk bisa membedakan antara retak kosmetik pada lapisan plesteran dengan retak struktural yang mengancam integritas bangunan.
Menurut para ahli material bangunan, penyebab dinding retak sangat beragam, mulai dari penyusutan alami plesteran, rembesan air yang konstan, hingga pergerakan pondasi akibat penurunan tanah[5].
Berikut panduan identifikasi cepat untuk membantu Anda:
- Retak Rambut (Hairline Cracks): Sangat tipis, biasanya acak dan tidak beraturan.
- Penyebab Umum: Penyusutan alami acian atau cat.
- Tingkat Kekhawatiran: Rendah. Umumnya hanya masalah estetika.
- Retak Vertikal atau Horizontal Lurus:
- Penyebab Umum: Sering terjadi pada sambungan antar material (misalnya, bata dengan kolom beton) akibat pemuaian yang berbeda.
- Tingkat Kekhawatiran: Rendah hingga Sedang. Perlu dipantau, jika melebar mungkin butuh perbaikan sambungan.
- Retak Diagonal atau Bertangga (Step Cracks): Retakan yang mengikuti pola pasangan bata, sering muncul di dekat sudut jendela atau pintu.
- Penyebab Umum: Tanda adanya pergerakan atau penurunan pondasi. Ini adalah sinyal bahaya.
- Tingkat Kekhawatiran: Tinggi. Segera konsultasikan dengan insinyur sipil.
- Retak yang Melebar: Retakan apa pun yang terus bertambah lebar (lebih dari 1 cm) atau dalam seiring waktu.
- Penyebab Umum: Menandakan adanya tekanan atau pergerakan struktural yang aktif.
- Tingkat Kekhawatiran: Sangat Tinggi. Memerlukan investigasi profesional segera.
Ancaman Tersembunyi: Memahami Korosi Tulangan Beton
Jika dinding retak adalah gejala yang terlihat, korosi tulangan beton adalah “penyakit” tersembunyi yang menggerogoti kekuatan bangunan dari dalam. Beton secara alami memiliki pH tinggi (bersifat basa) yang menciptakan lapisan pelindung pasif di sekitar tulangan baja, mencegahnya berkarat. Namun, lapisan pelindung ini bisa rusak.
Proses perusakan ini terjadi melalui dua mekanisme utama:
- Karbonasi: Karbon dioksida (CO2) dari udara secara perlahan meresap ke dalam beton. Reaksi kimia ini menurunkan tingkat pH beton.
- Serangan Klorida: Ion klorida (misalnya dari air laut atau tanah) dapat menembus beton dan secara agresif merusak lapisan pasif, bahkan pada pH yang masih tinggi.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal SMARTek, korosi dapat mulai terjadi ketika pH beton turun di bawah 9.5, menyebabkan lapisan pasif pada baja rusak[6]. Saat tulangan mulai berkarat, ia akan mengembang dan menekan beton di sekitarnya dari dalam, yang pada akhirnya menyebabkan beton retak dan pecah (spalling).
Perhatikan tanda-tanda visual berikut yang mengindikasikan kemungkinan adanya korosi tulangan:
- Noda karat yang muncul di permukaan beton.
- Retakan yang berjalan sejajar dengan arah tulangan di dalamnya.
- Beton yang menggembung atau pecah hingga memperlihatkan tulangan yang berkarat.
Solusi Praktis: Meningkatkan Umur Bangunan Sesuai Standar
Setelah memahami masalahnya, langkah selanjutnya adalah fokus pada solusi. Meningkatkan umur bangunan melibatkan dua strategi utama: “Pencegahan melalui Desain” yang diterapkan selama konstruksi, dan “Pencegahan melalui Proteksi” yang melibatkan perawatan dan pelapisan setelah bangunan berdiri.
SNI Spotlight: Standar Ketebalan untuk Proteksi Maksimal
Mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) bukanlah pilihan, melainkan keharusan untuk memastikan keamanan dan daya tahan bangunan. SNI menyediakan pedoman teknis yang spesifik, termasuk ketebalan lapisan untuk berbagai kebutuhan proteksi. Menerjemahkan dokumen teknis ini menjadi panduan praktis adalah kunci untuk aplikasi di lapangan.
Berikut adalah ringkasan beberapa standar proteksi penting yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN)[7]:
Jenis Proteksi | Dokumen SNI Relevan | Persyaratan Kunci Terkait Ketebalan |
---|---|---|
Ketahanan Gempa | SNI 1726:2019 | Menetapkan dimensi minimal elemen struktur (kolom, balok) dan ketebalan selimut beton untuk melindungi tulangan. |
Proteksi Kebakaran | SNI 03–1736-2000 | Menentukan ketebalan minimal dinding dan pelapis tahan api untuk mencapai tingkat ketahanan api (TKA) tertentu dalam jam. |
Lapisan Pelindung | SNI 6719:2015 | Memberikan spesifikasi untuk lapisan pelindung logam, contohnya ketebalan minimal 0.13 mm untuk perbaikan cat kaya seng (ZRP). |
Penting untuk diingat bahwa tabel ini adalah ringkasan. Selalu konsultasikan dokumen SNI resmi yang terbaru dan diskusikan dengan insinyur profesional untuk penerapan pada proyek spesifik Anda.
Teknik Aplikasi Plesteran yang Benar untuk Hasil Sempurna
Hasil akhir plesteran yang kuat dan halus sangat bergantung pada teknik aplikasi yang benar. Mengikuti langkah-langkah yang tepat akan memastikan lapisan pelindung ini berfungsi optimal.
Berikut adalah panduan langkah-demi-langkah:
- Persiapan Permukaan: Pastikan dinding bata atau beton bersih dari debu, minyak, dan kotoran. Basahi permukaan dinding dengan air agar tidak menyerap air dari adukan plesteran terlalu cepat.
- Aplikasi Primer (Kamprotan): Aplikasikan lapisan adukan encer sebagai primer untuk meningkatkan daya lekat plesteran utama. Biarkan mengering.
- Pencampuran Adukan: Buat campuran dengan komposisi yang tepat. Menurut para ahli produk seperti Aquaproof, rasio umum untuk plesteran dinding adalah 1 bagian semen banding 4 bagian pasir[8]. Aduk hingga merata dan konsistensinya pas.
- Aplikasi Plesteran: Aplikasikan adukan plesteran ke dinding menggunakan roskam. Gunakan jidar aluminium untuk meratakan dan memastikan ketebalan yang seragam (sekitar 15 mm).
- Finishing (Acian): Setelah plesteran cukup kering (tetapi belum kering total), aplikasikan lapisan acian tipis (2-3 mm) untuk menghaluskan permukaan. Gosok dengan roskam baja atau spon untuk hasil akhir yang sempurna.
Tabel Troubleshooting Plesteran
Masalah | Kemungkinan Penyebab | Solusi |
---|---|---|
Retak Rambut | Pengeringan terlalu cepat, acian terlalu tebal. | Lakukan curing (perawatan) dengan membasahi permukaan secara berkala. Gunakan kompon perbaikan retak. |
Plesteran Rontok | Dinding terlalu kering saat aplikasi, adukan kurang semen. | Kupas plesteran yang rusak, bersihkan, basahi permukaan, dan aplikasikan ulang dengan benar. |
Permukaan Bergelombang | Teknik perataan dengan jidar tidak benar. | Perlu dikupas dan diaplikasikan ulang, atau dilapisi dengan plamir tebal jika tidak terlalu parah. |
Mencegah Korosi Sejak Dini: Dari Adukan hingga Pelapisan
Pencegahan korosi adalah strategi paling efektif dan hemat biaya. Ini dimulai dari tahap paling awal konstruksi.
Pencegahan melalui Desain (Selama Konstruksi):
- Beton Berkualitas Tinggi: Kunci utama pencegahan adalah membuat beton itu sendiri sepadat dan sehomogen mungkin. Sebagaimana dijelaskan dalam studi material, beton yang padat dan dikompaksi dengan baik memiliki permeabilitas rendah, sehingga sangat sulit bagi CO2 dan klorida untuk menembus dan mencapai tulangan[6].
- Selimut Beton yang Cukup: Pastikan jarak antara tulangan baja dan permukaan luar beton (selimut beton) sesuai dengan standar SNI. Selimut beton yang tebal memberikan perlindungan fisik dan kimia yang lebih lama.
- Perawatan Beton (Curing): Setelah pengecoran, jaga kelembaban beton selama minimal 7 hari. Proses curing yang baik memastikan beton mencapai kekuatan maksimal dan kepadatan yang optimal.
Pencegahan melalui Proteksi (Pasca-Konstruksi):
- Aplikasi Pelapis Pelindung: Untuk area yang sangat rentan (misalnya, area dekat laut, kamar mandi, atau dak atap), gunakan lapisan pelindung tambahan.
Jenis Pelapis | Kelebihan | Kekurangan | Ideal Untuk |
---|---|---|---|
Epoxy Coating | Sangat tahan terhadap bahan kimia, abrasi, dan kedap air. | Lebih mahal, memerlukan persiapan permukaan yang sangat teliti. | Lantai industri, area pabrik, struktur yang terpapar zat kimia. |
Waterproofing Membrane | Fleksibel, mampu menutupi retak rambut, sangat efektif menahan air. | Rentan terhadap kerusakan mekanis jika tidak dilindungi. | Dak atap, balkon, kamar mandi, dinding basement. |
Cat Tahan Cuaca | Mudah diaplikasikan, memberikan proteksi UV dan air, tersedia banyak warna. | Memerlukan pelapisan ulang secara berkala (beberapa tahun sekali). | Dinding eksterior, fasad bangunan. |
Kesimpulan: Investasi pada Ketebalan adalah Investasi Jangka Panjang
Umur sebuah bangunan bukanlah takdir, melainkan hasil dari serangkaian keputusan cerdas dan tindakan yang cermat. Dari pembahasan di atas, jelas bahwa ketebalan lapisan bukan sekadar detail teknis, melainkan fondasi dari daya tahan dan proteksi. Sebuah lapisan plesteran yang tepat, selimut beton yang standar, dan lapisan cat yang memadai secara kolektif membentuk perisai tangguh yang menjaga integritas struktur bangunan Anda selama puluhan tahun.
Dengan memahami prinsip-prinsip desain yang cermat, pentingnya proteksi lapisan yang tepat, kemampuan mendiagnosis masalah secara waspada, dan melakukan perawatan proaktif, Anda sebagai pemilik rumah diberdayakan untuk melindungi aset Anda yang paling berharga. Anda tidak lagi hanya menjadi penghuni, tetapi juga penjaga kesehatan dan umur panjang bangunan Anda.
Jangan tunggu sampai kerusakan terjadi. Mulailah melakukan inspeksi visual sederhana pada properti Anda hari ini untuk mengenali tanda-tanda awal. Untuk proyek konstruksi, renovasi, atau perbaikan yang signifikan, selalu konsultasikan dengan kontraktor atau insinyur sipil terpercaya untuk memastikan setiap lapisan diaplikasikan sesuai standar tertinggi.
Memastikan setiap lapisan pelindung pada bangunan Anda memiliki ketebalan yang sesuai standar memerlukan pengukuran yang akurat. Sebagai supplier dan distributor alat ukur dan uji terkemuka, CV. Java Multi Mandiri menyediakan berbagai instrumen presisi seperti coating thickness gauge yang dapat membantu kontraktor dan inspektur memastikan kualitas pekerjaan. Jika Anda membutuhkan peralatan untuk menjamin standar konstruksi proyek Anda, jangan ragu untuk hubungi kami untuk konsultasi kebutuhan alat ukur Anda.
Rekomendasi Thickness Gauge
-
Alat Pengukur Lapisan Ketebalan NOVOTEST TP-1
Lihat produk -
Alat Ukur Ketebalan AMTAST CM-8820
Lihat produk -
Alat Pengukur Ketebalan Lapisan AMTAST TA208
Lihat produk -
Alat Pengukur Ketebalan Ultrasonik NOVOTEST UT-1M-IP
Lihat produk -
Alat Ukur Ketebalan Ultrasonik AMTAST UM-1D
Lihat produk -
Alat Ukur Ketebalan Lapisan Elcometer 456
Lihat produk -
Alat Ukur Ketebalan Lapisan AMTAST CM-8828FN
Lihat produk -
Alat Penguji Kekerasan Lapisan Pensil NOVOTEST TPK-1
Lihat produk
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini bersifat edukatif dan tidak menggantikan konsultasi dengan insinyur sipil atau kontraktor profesional. Selalu rujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru dan konsultasikan dengan ahli untuk proyek spesifik Anda.
Referensi
- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). (N.D.). Publikasi dan Peraturan terkait Konstruksi Bangunan. PUPR.
- Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI). (N.D.). Prinsip dan Panduan terkait Keandalan Struktur Bangunan. HAKI.
- Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI). (N.D.). Rekomendasi Industri mengenai Spesifikasi dan Aplikasi Produk Cat. APCI.
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim) PUPR. (N.D.). Hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bahan Bangunan. Puskim PUPR.
- Mapei Indonesia. (2023, February 22). Ini Dia 10 Penyebab Dinding Retak, Hati-Hati. Mapei. Retrieved from https://www.mapei.com/id/en/blog/detail/blog/2023/02/22/ini-dia-10-penyebab-dinding-retak-hati-hati
- Jurnal SMARTek. (N.D.). Korosi pada Beton Bertulang dan Pencegahannya. Neliti. Retrieved from https://www.neliti.com/publications/222094/korosi-pada-beton-bertulang-dan-pencegahannya
- Badan Standardisasi Nasional (BSN). (Various Years). Standar Nasional Indonesia (SNI 1726:2019, SNI 03–1736-2000, SNI 6719:2015). BSN.
- Aquaproof. (N.D.). Komposisi Campuran Plesteran Dinding dan Cara Meningkatkan Mutu Semen. Aquaproof Newsroom. Retrieved from https://aquaproof.co.id/newsroom/komposisi-campuran-plesteran-dinding-dan-cara-meningkatkan-mutu-semen