Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, laboratorium merupakan tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk melakukan percobaan, penyelidikan dan sebagainya. Umumnya laboratorium banyak dijumpai pada institusi pendidikan, pusat kesehatan, lembaga pemerintah, pusat penelitian maupun sektor industri. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keselamatan di laboratorium dengan adanya panduan praktis untuk mencegah kecelakaan kerja dan kontaminasi zat kimia berbahaya.
Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam periode Januari s.d. November 2022, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 265.334 kasus. Terjadi peningkatan sebesar 13,26% dibandingkan tahun 2021 dengan total 234.270 kasus.
Saat melaksanakan kegiatan penelitian dan eksperimen, laboratorium menjadi tempat yang cukup potensial untuk terjadi kecelakaan kerja dan kontaminasi zat berbahaya. Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, mendorong semakin banyak institusi dan perusahaan yang menerapkan sistem manajemen K3 secara konsisten sesuai dengan aturan yang berlaku. SMK3 merupakan salah satu sistem manejemen K3 berstandar nasional yang bertujuan melindungi pekerja dari hal-hal berbahaya dari lingkungan kerja. Sesuai dengan persyaratan SMK3 bahwa organisasi harus menetapkan prosedur dan melakukan Hazards Identification, Risk Assessment dan Deterimining Control. Hal ini dilakukan dengan tujuan utama mengenali dan mengendalikan risiko bahaya.
Potensi Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Potensi bahaya yang dapat terjadi pada laboratorium dapat bersumber dari perilaku/aktivitas maupun lingkungan kerja. Bahaya yang bersumber dari perilaku kerja dapat terjadi apabila ada tindakan seseorang yang tidak sesuai dengan prosedur, sehingga berpotensi terjadi kecelakaan, Sedangkan bahaya yang bersumber dari lingkungan kerja meliputi bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya bahan biologis, bahaya ergonomi, bahaya psikologi, bahaya listrik maupun bahaya mekanik.
Berdasarkan kompleksitas potensi bahaya tersebut, penting untuk melakukan identifikasi risiko bahaya agar lebih mudah dikenali. Selain itu, dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan pembuatan dan pengembangan prosedur keselamatan kerja untuk menciptakan kondisi yang aman dan nyaman saat bekerja.
1. Bahaya Fisik
Berdasarkan studi identifikasi bahaya fisik di laboratorium oleh Howard Hughes Medical Institute Office of Laboratory Safety, potensi bahaya terbesar yang dapat terjadi meliputi luka gores, memar, dan keseleo. Selain itu, alat-alat yang ada di laboratorium banyak terbuat dari kaca dan benda tajam sehingga berbahaya bagi tubuh jika tidak mengetahui metode pengaplikasian yang benar. Kemudian, perlu adanya pengelolaan risiko kebakaran dan kelistrikan dengan memberikan fasilitas pemadam kebakaran yang memadai.
2. Zat Kimia Berbahaya
Selain bahaya fisik, zat kimia beracun yang terpapar saat beraktivitas di laboratorium memiliki potensi bahaya bagi kesehatan. Terdapat lebih dari 400 zat kimia yang berpotensi bahaya bagi tubuh, maka bahan-bahan tersebut harus disimpan, diaplikasikan dan dibuang sesuai prosedur yang telah ditentukan.
3. Bahaya Bahan Biologis
Potensi bahaya yang terjadi pada laboratorium dapat terjadi akibat kontaminasi mikroorganisme pathogen (virus, jamur, bakteri), hewan transgenik, hewan percobaan, serangga, racun maupun alergen. Apabila penanganannya tidak sesuai prosedur, kontaminasi atau paparan langsung terhadap bahan biologis tersebut akan menyebabkan infeksi dan penyakit. Metode pembuangan yang salah juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Kontaminasi dapat terjadi dari penularan mikroorganisme dari satu sampel ke sampel lainnya. Hal inilah yang berpotensi mengakibatkan kesalahan pengujian dari hasil analisis dan eksperimen.
Cara Mencegah Kecelakaan Kerja dan Kontaminasi
1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)
Untuk melindungi diri dari bahaya, setiap orang yang beraktivitas di laboratorium perlu menggunakan alat pelindung yang sesuai dengan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia. Beberapa APD yang umum di laboratorium adalah sarung tangan lateks, kacamata pelindung, helm pelindung, apron, masker atau respirator, sepatu pelindung, dan lain sebagainya seperti gambar berikut.
Pada setiap eksperimen, APD dapat bervariasi tergantung potensi bahaya yang dapat terjadi. Misalnya pada proses pengelasan, perlu APD yang sesuai seperti topeng las, sarung tangan las, apron, sepatu pelindung dan masker.
2. Mencuci Tangan Sebelum Beraktivitas
Sebelum melakukan eksperimen maupun kegiatan di laboratorium, sebaiknya setiap orang mencuci tangan dengan sabun dan air bersih untuk mencegah kontaminasi zat berbahaya dari aktivitas sebelumnya. Terdapat berbagai bahan kimia maupun mikroorganisme yang berpotensi bahaya di laboratorium, sehingga penting untuk menjaga kebersihan dan keselamatan sesama.
3. Memperhatikan Peraturan dan Tanda Peringatan
Peraturan dan tanda peringatan di laboratorium berfungsi untuk melindungi keselamatan pengguna, mengurangi risiko kecelakaan, dan memastikan keberhasilan eksperimen. Setiap orang yang beraktivitas di laboratorium perlu memperhatikan peraturan tentang penggunaan APD, pencegahan kontaminasi, menjaga kebersihan, dan perlindungan sampel.
Tanda peringatan di laboratorium juga memberikan informasi penting tentang risiko yang dapat terjadi saat melakukan eksperimen di area tertentu maupun penggunaan bahan kimia tertentu. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan tanda peringatan dalam mencegah risiko yang mungkin terjadi dan menganalisis pencegahan yang tepat.
4. Melakukan Eksperimen dengan Pengawasan Ahli
Dalam melakukan penelitian, pengawasan ahli merupakan langkah kritis untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan eksperimen. Ahli yang berpengalaman memiliki pengetahuan yang baik terkait potensi risiko dan cara menanganinya. Selain itu, seorang ahli dapat memberikan panduan tentang penggunaan alat-alat di laboratorium untuk memastikan fungsionalitasnya dan memaksimalkan kualitas hasil eksperimen.
5. Memahami Bahan-Bahan yang Digunakan
Sebelum melakukan penelitian, perlu pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang karakter dan sifat dari bahan kimia. Salah satu caranya adalah dengan melihat Material Safety Data Sheet (MSDS) yang berisi karakter fisika, kimia, stabilitas dan potensi risiko. Terdapat juga bagian khusus terkait penanganan apabila terjadi bahaya.
6. Membuang Limbah dengan Tepat
Limbah dari laboratorium dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, pembuangan limbah harus dilakukan secara tepat sesuai aturan. Limbah kimia sebaiknya dibuang pada tempat khusus, sedangkan limbah lainnya seperti kertas atau korek api dibuang di tempat sampah sesuai kategori sampah organik atau non organik.
Dalam melakukan eksperimen di laboratorium, perlu adanya alat ukur dan uji yang berkualitas dan terjamin untuk mengoptimalkan hasil penelitian. Selain itu, alat ukur dan uji yang berfungsi dengan baik dapat meminimalkan potensi kecelakaan kerja dan meningkatkan keselamatan pengguna laboratorium. Oleh karena itu, Ukurdanuji menyediakan berbagai alat ukur yang terbukti aman dan telah bekerjasama dengan berbagai perusahaan dan instansi pendidikan baik dalam skala nasional maupun internasional. Tunggu apa lagi, segera temukan alat ukur dan uji yang Anda inginkan untuk hasil yang lebih optimal!