Menguji Kualitas Biji Kopi dari Warnanya

Menguji Kualitas Biji Kopi dari Warnanya – Kebiasaan minum kopi sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita, kopi menjadi tanda  kerukunan dan keharmonisan masyarakat Indonesia. Kopi bukanlah produk  asli Indonesia, kopi ditemukan pada abad ke 9 di Ethiopia lalu diperdagangkan oleh bangsa Arab pada abad ke 15 dan menjadi terkenal dikalangan bangsa Eropa pada abad ke 17. Bangsa Eropa berniat untuk mengembangkan  kopi namun sayang kopi tidak dapat tumbuh baik disana maka bangsa Eropa memanfaatkan Negeri jajahanannya untuk menanam kopi.

Menguji Kualitas Biji Kopi dari Warnanya

Indonesia merupakan Negeri yang memiliki tanah gembur apapun yang ditanam selalu menghasilkan panen yang memuaskan termasuk dengan kopi, sehingga dapat menghasilkan kopi yang sangat baik dan pada tahun 1700-an Pulau Jawa menjadi salah satu sentral penghasil kopi dunia. Secangkir kopi kemudian lebih terkenal disebut dengan Cup Of Java.

Menguji Kualitas Biji Kopi dari Warnanya

Dulu, kopi biasanya menjadi minuman wajib para orang tua, namun saat ini kopi sudah menjadi minuman kesukaan kaum muda. Saat ini, sudah tersebar kedai kopi yang menjadi tempat berkumpul anak muda dengan menu unggulannya kopi yang disajikan dengan berbagai variasi. Kedai kopi berlomba untuk memasarkan cita rasa kopi khas Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia seperti kopi Gayo, kopi Mandailing, kopi Lampung, kopi Kintamani dan kopi Jawa.

Biasanya kita menjumpai warna biji kopi itu hitam, namun ternyata ada perbedaan warna level yang biasa disebut dengan profile roast dan agatron. Lalu apakah perbedaan warna pada biji kopi mempengaruhi rasa ? mari simak jenis profile roast yang terdapat pada biji kopi :

1. Green Bean

Green bean yaitu  kopi mentah yang belum disangrai atau roasting, manfaat lain yang ada di green bean sebagai penurun berat badan. Bentuk kemasan yang beredar di pasaran beragam seperti bubuk, bungkus seperti teh celup, kapsul dan lain-lain.

2. Light Roast

Merupakan kopi yang disangrai dengan profil light (muda) biasanya memiliki tingkat asam yang tinggi, dengan tingkat kematangan yang rendah. Proses sangrai pada kopi light roast berhenti pada saat awal mula first krack. Warna kopi yang ada light roast pada umumnya yaitu coklat muda. Dan, biasanya kopi ini dipakai untuk manual brew seperti V60, French Press, Pour Over, dan lain-lain.

3. Medium Roast

Berbeda dengan light roast, medium roast memiliki tingkat asam, kematangan dan aroma yang lebih sebanding. Medium roast memiliki tingkat rasa manis yang lebih tinggi dibanding dengan light roast. Proses sangrai pada kopi medium roast berhenti pada saat first krack. Karakteristik warna kopi ini yakni coklat tua. Kopi ini juga biasa dipakai untuk manual brew, namun ada beberapa kedai kopi yang menggunakan medium roast sebagai espressonya. Karena tidak ada standar umum dalam kopi, setiap orang memiliki kebebasan untuk berkarya.

4. Dark Roast

Yang terakhir yaitu dark roast, kopi dengan jenis sangrai seperti ini umumnya dipakai untuk espresso. Permukaan biji kopi bagian luar berminyak. Karakteristik dark roast smoky memiliki tingkat kematangan tinggi dan keasaman rendah. Proses sangrai pada kopi dark roast berhenti pada saat second krack.

Perangkat khusus untuk pengukuran biji kopi yaitu Colorimeter Coffe Index merupakan alat pengukur warna yang mudah digunakan dengan akurasi sempurna. Colorimeter dipakai untuk mengukur warna pada biji kopi sehingga memudahkan dalam pemilihan biji kopi yang sesuai dengan kebutuhan.

Penikmat kopi tidak hanya memerlukan citarasa seduhan kopi yang unik, tapi juga menuntut jaminan bahwa biji kopi tidak memiliki kandungan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Mutu pada biji kopi dapat ditentukan pada beberapa kriteria antara lain : Origin, Ekosistem, Varietas, Cara Panen, Cara Pengolahan, Ukuran Biji, Densitas Biji, Nilai Cacat dan juga Citarasa.

Setiap negara penghasil kopi memiliki alasan tersendiri dalam menentukan kriteria tersebut, akan diambil semua atau hanya sebagian. Sedangkan di Indonesia telah menggunakan standar mutu kopi biji berbasis nilai cacat pada tahun 1990 dan mengalami beberapa perbaikan sehingga harus merujuk pada persyaratan International yang dikeluarkan oleh ICO (International Coffee Organization). Sedangkan persyaratan mutu biji kopi premium dan khusus sampai saat ini mengarah ke SCAA.

Penerapan standar mutu SNI difokuskan untuk menjamin konsumen memperoleh produk yang berkualitas baik dari segi kualitas dan kesehatan. Akan tetapi, bagi penghasil kopi standar mutu bisa digunakan untuk peningkatan mutu biji kopi yang dihasilkan atau sebagai referensi untuk pengawasan mutu saat proses produksi agar tidak keluar dari standar dan persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

Konsultasi Gratis

Dapatkan harga penawaran khusus dan info lengkap produk alat ukur dan alat uji yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Bergaransi dan Berkualitas. Segera hubungi kami.